Thursday 11 May 2017

Manaqib Abul Hasan As Syadzily

Nama lengkap Syeikh Abu Hasan As-Syazili ialah as-Syadzili Ali bin Abdillah bin Abdul-Jabbar, yang kalau diteruskan nasabnya akan sampai pada Hasan bin Ali bin Abu Talib dan puteranya Fatimah al-Zahra', puteri Nabi s.a.w. Syeikh Abu Hasan dilahirkan di Maroko tahun 593 H di desa yang bernama Ghimaroh di dekat kota Sabtah (dekat kota Thonjah sekarang).

Imam Syadzili dan kelimuan

Di kota kelahirannya itu Syadzili pertama kali menghafal Alquran dan menerima pelajaran ilmi-ilmu agama, termasuk mempelajari fikih madzhab Imam Malik. Beliau berhasil memperoleh ilmu yang bersumber pada Alquran dan Sunnah demikian juga ilmu yang bersumber dari akal yang jernih. Berkat ilmu yang dimilikinya, banyak para ulama yang berguru kepadanya. Sebagian mereka ada yang ingin menguji kepandaian Syekh Abu al-Hasan. Setelah diadakan dialog ilmiah akhirnya mereka mengakui bahwa beliau mempunyai ilmu yang luas, sehingga untuk menguras ilmunya seakan-akan merupakan hal yang cukup susah. Memang sebelum beliau menjalani ilmu thariqah, ia telah membekali dirinya dengan ilmu syariat yang memadahi.

Imam Syadzili dan Tariqah

Hijrah atau berkelana bisa jadi merupakan sarana paling efektif untuk menemukan jati diri. Tak terkecuali Imam Syadzili. Orang yang lebih dikenal sebagai sufi agung pendiri thariqah Syadziliyah ini juga menapaki masa hijrah dan berkelana.

Asal muasal beliau ingin mencari jalan thariqah adalah ketika masuk negara Tunis sufi besar ini ingin bertemu dengan para syekh yang ada di negeri itu. Di antara Syekh-syekh yang bisa membuat hatinya mantap dan berkenan adalah Syekh Abi Said al-Baji. Keistimewaan syekh ini adalah sebelum Abu al-Hasan berbicara mengutarakannya, dia telah mengetahui isi hatinya. Akhirnya Abu al-Hasan mantap bahwa dia adalah seorang wali. Selanjutnya dia berguru dan menimba ilmu darinya. Dari situ, mulailah Syekh Abu al-Hasan menekuni ilmu thariqah. Beliau pernah berguru pada Syeikh Ibnu Basyisy dan kemudian mendirikan tarekat yang dikenal dengan Tariqat Syaziliyyah di Mesir.

Untuk menekuni tekad ini, beliau bertandang ke berbagai negara, baik negara kawasan timur maupun negara kawasan barat. Setiap derap langkahnya, hatinya selalu bertanya, "Di tempat mana aku bisa menjumpai seorang syekh (mursyid)?". Memang benar, seorang murid dalam langkahnya untuk sampai dekat kepada Allah itu bagaikan kapal yang mengarungi lautan luas. Apakah kapal tersebut bisa berjalan dengan baik tanpa seorang nahkoda (mursyid). Dan inilah yang dialami oleh syekh Abu al-Hasan. Dalam pengembaraannya Imam Syadzili akhirnya sampai di Iraq, yaitu kawasan orang-orang sufi dan orang-orang shalih. Di Iraq beliau bertemu dengan Syekh Shalih Abi al-Fath al-Wasithi, yaitu syekh yang paling berkesan dalam hatinya dibandingkan dengan syekh di Iraq lainnya. Syekh Abu al-Fath berkata kepada Syekh Abu al-Hasan, "Hai Abu al-Hasan engkau ini mencari Wali Qutb di sini, padahal dia berada di negaramu? kembalilah, maka kamu akan menemukannya". Akhirnya, beliau kembali lagi ke Maroko, dan bertemu dengan Syekh al-Shiddiq al-Qutb al-Ghauts Abi Muhammad Abdussalam bin Masyisy al-Syarif al-Hasani. Syekh tersebut tinggal di puncak gunung.

Sebelum menemuinya, beliau membersihkan badan (mandi) di bawah gunung dan beliau datang laksana orang hina dina dan penuh dosa. Sebelum beliau naik gunung ternyata Syekh Abdussalam telah turun menemuinya dan berkata, "Selamat datang wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar……". Begitu sambutan syekh tersebut sembari menuturkan nasabnya sampai Rasulullah SAW. Kemudia dia berkata, "Kamu datang kepadaku laksana orang yang hina dina dan merasa tidak mempunyai amal baik, maka bersamaku kamu akan memperoleh kekayaan dunia dan akhirat”.

Akhirnya beliau tinggal bersamanya untuk beberapa hari, sampai hatinya mendapatkan pancaran ilahi. Selama bersama Syekh Abdussalam, beliau melihat beberapa keramat yang dimilikinya. Pertemuan antara Syekh Abdussalam dan Syekh Abu al-Hasan benar-benar merupakan pertemuan antara mursyid dan murid, atau antara muwarrits dan waarits. Banyak sekali futuhat ilahiyyah yang diperoleh Syekh Abu al-Hasan dari guru agung ini. Di antara wasiat Syekh Abdussalam kepada Syadzili adalah, "Pertajam penglihatan keimanan, maka kamu akan menemukan Allah pada setiap sesuatu".

Tentang nama Syadzili

Kalau dirunut nasab maupun tempat kelahiran syekh agung ini, tidak didapati sebuah nama yang memungkinkan ia dinamakan Syadzili. Dan memang, nama tersebut adalah nama yang dia peroleh dalam perjalanan ruhaniah. Dalam hal ini Abul Hasan sendiri bercerita : "Ketika saya duduk di hadapan Syekh, di dalam ruang kecil, di sampingku ada anak kecil. Di dalam hatiku terbersit ingin tanya kepada Syekh tentang nama Allah. Akan tetapi, anak kecil tadi mendatangiku dan tangannya memegang kerah bajuku, lalu berkata, "Wahai, Abu al–Hasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah, padahal sesungguhnya kamu adalah nama yang kamu cari, maksudnya nama Allah telah berada dalam hatimu. Akhirnya Syekh tersenyum dan berkata, "Dia telah menjawab pertanyaanmu".
Selanjutnya Syekh Abdussalam memerintahkan Abu al-Hasan untuk pergi ke daerah Afriqiyyah tepatnya di daerah bernama Syadzilah, karena Allah akan menyebutnya dengan nama Syadzili –padahal pada waktu itu Abu al-Hasan belum di kenal dengan nama tersebut.
Sebelum berangkat Abu al-Hasan meminta wasiat kepada Syekh, kemudian dia berkata, "Ingatlah Allah, bersihkan lidah dan hatimu dari segala yang mengotori nama Allah, jagalah anggota badanmu dari maksiat, kerjakanlah amal wajib, maka kamu akan memperoleh derajat kewalian. Ingatlah akan kewajibanmu terhadap Allah, maka kamu akan memperoleh derajat orang yang wara'. Kemudian berdoalah kepada Allah dengan doa, "Allahumma arihnii min dzikrihim wa minal 'awaaridhi min qibalihim wanajjinii min syarrihim wa aghninii bi khairika 'an khairihim wa tawallanii bil khushuushiyyati min bainihim innaka 'alaa kulli syai'in qadiir".
Selanjutnya sesuai petunjuk tersebut, Syekh Abu al-Hasan berangkat ke daerah tersebut untuk mengetahui rahasia yang telah dikatakan kepadanya. Dalam perjalanan ruhaniah kali ini dia banyak mendapat cobaan sebagaimana cobaan yang telah dialami oleh para wali-wali pilihan. Akan tetapi dengan cobaan tersebut justru semakin menambah tingkat keimanannya dan hatinya semakin jernih.

Sesampainya di Syadzilah, yaitu daerah dekat Tunis, dia bersama kawan-kawan dan muridnya menuju gua yang berada di Gunung Za'faran untuk munajat dan beribadah kepada Allah SWT. Selama beribadah di tempat tersebut salah satu muridnya mengetahui bahwa Syekh Abu al-Hasan banyak memiliki keramat dan tingkat ibadahnya sudah mencapai tingkatan yang tinggi.

Pada akhir munajat-nya ada bisikan suara , "Wahai Abu al-Hasan turunlah dan bergaul-lah bersama orang-orang, maka mereka akan dapat mengambil manfaat darimu, kemudian beliau berkata: "Ya Allah, mengapa Engkau perintahkan aku untuk bergaul bersama mereka, saya tidak mampu" kemudian dijawab: "Sudahlah, turun Insya Allah kamu akan selamat dan kamu tidak akan mendapat celaan dari mereka" kemudian beliau berkata lagi: "Kalau aku bersama mereka, apakah aku nanti makan dari dirham mereka? Suara itu kembali menjawab : "Bekerjalah, Aku Maha Kaya, kamu akan memperoleh rizik dari usahamu juga dari rizki yang Aku berikan secara gaib.

Dalam dialog ilahiyah ini, dia bertanya kepada Allah, kenapa dia dinamakan syadzili padahal dia bukan berasal dari syadzilah, kemudian Allah menjawab: "Aku tidak mnyebutmu dengan syadzili akan tetapi kamu adalah syadzdzuli, artinya orang yang mengasingkan untuk ber-khidmat dan mencintaiku”.

Imam Syadzili menyebarkan Tariqah Syadziliyah

Dialog ilahiyah yang sarat makna dan misi ini membuatnya semakin mantap menapaki dunia tasawuf. Tugas selanjutnya adalah bergaul bersama masyarakat, berbaur dengan kehidupan mereka, membimbing dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan ketenangan hidup. Dan Tunis adalah tempat yang
dituju wali agung ini.

Di Tunis Abul Hasan tinggal di Masjid al-Bilath. Di sekitar tempat tersebut banyak para ulama dan para sufi. Di antara mereka adalah karibnya yang bernama al-Jalil Sayyidi Abu al-Azaim, Syekh Abu al-Hasan al-Shaqli dan Abu Abdillah al-Shabuni. Popularitas Syekh Abu al-Hasan semerbak harum di mana-mana. Aromanya sampai terdengar di telinga Qadhi al-Jama'ah Abu al-Qasim bin Barra'. Namun aroma ini perlahan membuatnya sesak dan gerah. Rasa iri dan hasud muncul di dalam hatinya. Dia berusaha memadamkan popularitas sufi agung ini. Dia melaporkan kepada Sultan Abi Zakaria, dengan tuduhan bahwa dia berasal dari golongan Fathimi.

Sultan meresponnya dengan mengadakan pertemuan dan menghadirkan Syekh Abu al-Hasan dan Qadhi Abul Qosim. Hadir di situ juga para pakar fiqh. Pertemuan tersebut untuk menguji seberapa kemampuan Syekh Abu al-Hasan. Banyak pertanyaan yang dilontarkan demi menjatuhkan dan mempermalukan Abul Hasan di depan umum. Namun, sebagaimana kata-kata mutiara Imam Syafi'I, dalam ujian, orang akan terhina atau bertambah mulia. Dan nyatanya bukan kehinaan yang menimpa wali besar. Kemuliaan, keharuman nama justru semakin semerbak memenuhi berbagai lapisan masyarakat.

Qadhi Abul Qosim menjadi tersentak dan tertunduk malu. Bukan hanya karena jawaban-jawaban as-Syadzili yang tepat dan bisa menepis semua tuduhan, tapi pengakuan Sultan bahwa Syekh Abu al-Hasan adalah termasuk pemuka para wali. Rasa iri dan dengki si Qadhi terhadap Syekh Abu al-Hasan semakin bertambah, kemudian dia berusaha membujuk Sultan dan berkata: "Jika tuan membiarkan dia, maka penduduk Tunis akan menurunkanmu dari singgasana".
Ada pengakuan kebenaran dalam hati, ada juga kekhawatiran akan lengser dari singgasana. Sultan demi mementingkan urusan pribadi, menyuruh para ulama' fikih untuk keluar dari balairung dan menahan Syekh Abu al-Hasan untuk dipenjara dalam istana.

Kabar penahanan Syekh Abul Hasan mendorong salah seorang sahabatnya untuk menjenguknya. Dengan penuh rasa prihatin si karib berkata, "Orang-orang membicarakanmu bahwa kamu telah melakukan ini dan itu". Sahabat tadi menangis di depan Syekh Abu al-Hasan lalu dengan percaya diri dan kemantapan yang tinggi, Syekh tersenyum manis dan berkata, "Demi Allah, andaikata aku tidak menggunakan adab syara' maka aku akan keluar dari sini –seraya mengisyaratkan dengan jarinya-. Setiap jarinya mengisyaratkan ke dinding maka dinding tersebut langsung terbelah, kemudian Syekh berkata kepadaku: "Ambilkan aku satu teko air, sajadah dan sampaikan salamku kepada kawan-kawan. Katakan kepada mereka bahwa hanya sehari saja kita tidak bertemu dan ketika shalat maghrib nanti kita akan bertemu lagi".

Syeikh as-Syadzili tiba di Mesir

Tunis, kendatipun bisa dikatakan cikal bakal as-Syadzili menancapkan thariqah Syadziliyah namun itu bukan persinggahan terakhirnya. Dari Tunis, Syekh Abu al-Hasan menuju negara kawasan timur yaitu Iskandariah. Di sana dia bertemu dengan Syekh Abi al-Abbas al-Mursi. Pertemuan dua Syekh tadi memang benar-benar mencerminkan antara seorang mursyid dan murid.
Adapun sebab mengapa Syekh pindah ke Mesir, beliau sendiri mengatakan, "Aku bermimpi bertemu baginda Nabi, beliau bersabda padaku : "Hai Ali… pergilah ke Mesir untuk mendidik 40 orang yang benar-benar takut kepadaku”.
Di Iskandariah beliau menikah lalu dikarunia lima anak, tiga laki-laki, dan dua perempuan. Semasa di Mesir beliau sangat membawa banyak berkah. Di sana banyak ulama yang mengambil ilmu dari Syekh agung ini. Di antara mereka adalah hakim tenar Izzuddin bin Abdus-Salam, Ibnu Daqiq al-Iid , Al-hafidz al-Mundziri, Ibnu al-Hajib, Ibnu Sholah, Ibnu Usfur, dan yang lain-lain di Madrasah al-Kamiliyyah yang terletak di jalan Al-muiz li Dinillah.
Karamah Imam Syadzili
Pada suatu ketika, Sultan Abi Zakaria dikejutkan dengan berita bahwa budak perempuan yang paling disenangi dan paling dibanggakan terserang penyakit langsung meninggal. Ketika mereka sedang sibuk memandikan budak itu untuk kemudian dishalati, mereka lupa bara api yang masih menyala di dalam gedung. Tanpa ampun bara api tadi melalap pakaian, perhiasan, harta kekayaan, karpet dan kekayaan lainnya yang tidak bisa terhitung nilainya. Sembari merenung dan mengevaluasi kesalahan masa lalu, Sultan yang pernah menahan Syekh Syadzili karena hasudan qadhi Abul Qosim tersadar bahwa kejadian-kejadian ini karena sikap dia terhadap Syekh Abu al-Hasan. Dan demi melepaskan 'kutukan' ini saudara Sultan yang termasuk pengikut Syekh Abu al-Hasan meminta maaf kepada Syekh, atas perlakuan Sultan kepadanya. Cerita yang sama juga dialami Ibnu al-Barra. Ketika mati ia juga banyak mengalami cobaan baik harta maupun agamanya.

Di antara karomahnya adalah, Abul Hasan berkata, "Ketika dalam suatu perjalanan aku berkata, "Wahai Tuhanku, kapankah aku bisa menjadi hamba yang banyak bersyukur kepada-Mu?, kemudian beliau mendengar suara , "Yaitu apabila kamu berpendapat tidak ada orang yang diberi nikmat oleh Allah kecuali hanya dirimu. Karena belum tahu maksud ungkapan itu aku bertanya, "Wahai Tuhanku, bagaimana saya bisa berpendapat seperti itu, padahal Engkau telah memberikan nikmat-Mu kepada para Nabi, ulama' dan para penguasa.

Suara itu berkata kepadaku, "Andaikata tidak ada para Nabi, maka kamu tidak akan mendapat petunjuk, andaikata tidak ada para ulama', maka kamu tidak akan menjadi orang yang taat dan andaikata tidak ada para penguasa, maka kamu tidak akan memperoleh keamanan. Ketahuilah, semua itu nikmat yang Aku berikan untukmu".

Di antara karomah sudi agung ini adalah, ketika sebagian para pakar fiqh menentang Hizib Bahr, Syekh Syadzili berkata, "Demi Allah, saya mengambil hizib tersebut langsung dari Rasulullah saw harfan bi harfin (setiap huruf)".
Di antara karomah Syekh Syadzili adalah, pada suatu ketika dalam satu majlis beliau menerangkan bab zuhud. Beliau waktu itu memakai pakaian yang bagus. Ketika itu ada seorang miskin ikut dalam majlis tersebut dengan memakai pakaian yang jelek. Dalam hati si miskin berkata, "Bagaimana seorang Syekh menerangkan bab zuhud sedangkan dia memakai pakaian seperti ini?, sebenarnya sayalah orang yang zuhud di dunia".

Tiba-tiba Syekh berpaling ke arah si miskin dan berkata, "Pakaian kamu ini adalah pakaian untuk menarik simpatik orang lain. Dengan pakaianmu itu orang akan memanggilmu dengan panggilan orang miskin dan menaruh iba padamu. Sebaliknya pakaianku ini akan disebut orang lain dengan pakaian orang kaya dan terjaga dari meminta-minta".
Sadar akan kekhilafannya, si miskin tadi beranjak berlari menuju Syekh Syadzili seraya berkata, "Demi Allah, saya mengatakan tadi hanya dalam hatiku saja dan saya bertaubat kepada Allah, ampuni saya Syekh". Rupanya hati Syekh terharu dan memberikan pakaian yang bagus kepada si miskin itu dan menunjukkannya ke seorang guru yang bernama Ibnu ad Dahan. Kemudian syekh berkata, "Semoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepadamu melalui hati orang-orang pilihan. Dan semoga hidupmu berkah dan
mendapatkan khusnul khatimah".

Syeikh Syadzili Wafat

Syekh Abu al-Abbas al-Mursy, murid
kesayangan dan penerus thariqah Syadziliyah mengatakan bahwa gurunya setiap tahun menunaikan ibdah haji, kemudian tinggal di kota suci mulai bulan Rajab sampai masa haji habis. Seusai ibadah haji beliau pergi berziarah ke makam Nabi SAW di Madinah. Pada musim haji yang terakhir yaitu tahun 656H, sepulang dari haji beliau memerintahkan muridnya untuk membawa kapak minyak wangi dan perangkat merawat jenazah lainnnya. Ketika muridnya bertanya untuk apa kesemuanya ini, beliau menjawab, "Di Jurang Humaistara (di propinsi Bahr al-Ahmar) akan terjadi kejadian yang pasti. maka di sanalah beliau meninggal. ( Habib Ahmad bin Faqih Ba Syaiban )

Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani

Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Karena tawasul adalah salah satu sunah nabi SAW….sebagaiman nabi adam bertawasul dgn nabi muhammad (lihat hadits qudsi)

Kelahirannya

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.

Pendidikannya

Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Dakwahnya

Beliau berdakwah lebih dari 25 tahun seorang diri, meninggalkan kampung halaman, berjalan dari kampung ke kampung, melintasi hutan, gurun pasir, sungai , menjumpai umat…mendakwahkan kalimat iman…. (lihat manaqib beliau) dalam perjalanan dakwah belaiu inilah banyak karamah2 yang diceritakan dalam kitab manaqib yang ditulis oleh murid murid belaiu yang terpercaya.

Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir (setelah beliau kembali dari dakwah selama 25 tahun tsb). Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.

Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.

Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai berikut, “Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.

kefahaman beliau sangat tinggi dalam ilmu agama, risau dan fikir belaiu untuk ummat yang sangat mendalam. membuat beliau sanggung mengorbankan harta dan dirinya untuk mendakwahkan agama Allah.

karamah2 yang allah berikan pada wali2 Allah dari kalangan umat ahir zaman, umat rasulullah saw adalah lebih dahsyat dari mukjizat nabi nabi zaman bani israil. Karena tugas umat nabi muhammad adalah sama dengan tugas nabi muhammad yaitu berdakwah kepada umat seluruh alam sampai hari kiamat. Maka wajar jika nusratullah yang Allah berikan lebih besar dari mukjizat nabi-nabi bani israil yang hanya berdakwah di satu kaum yaiutu kaum bani israil saja bukan untuk umat seluruh alam.

seperti kisah syaikh abdul kadir, dengan karamahnya beliau diganggu oleh iblis, belaiu terbang didepan murid2nya, menghidupkan orang mati didepan 3 pendeta nasrani shg tiga pendeta ini masuk islam (lebih hebat dari mukjizat nabi isa as).

Beliau memanggil burung yang sudah ia masak dan ia makan , dan burung itu hidup kembali. Beliau memnaggil burung tsb dgn membaca ayat ttg nabi ibrahim memanggil kembali burung yang sudah nabi ibrahim potong2 dan diletakan di atas gunung-gunung. Bnayk sekali karamah2 yang allah berikan padanya. Dan itu adalah mungkin dan tidak mustahil karena allah maha kuasa dan maha berkehendak.

Wafatnya

Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Pendapat Para Ulama tentang Beliau

Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, “Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”

Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah.

Ibnu Rajab juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. “

Imam Adz Dzahabi mengatakan, “intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung”.

Imam Adz Dzahabi juga berkata, “Tidak ada seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syaikh Abdul Qadir Al Jailani”

Manaqib Syekh Samman Al Madani Al Hasani

Nama beliau adalah Ghauts az-Zaman al-Waliy Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani keturunan Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Sayyidina Rasulullah Saw

Beliau adalah ulama besar dan wali agung berdarah Ahlul Bait Nabi beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dengan Imam Asy’ari dalam bidang teologi atau aqidah, dan Imam asy-Syafi’i madzab fiqih furu’ ibadatnya, dan Imam Junaid al-Baghdadi dalam tasawufnya.

Beliau Ra. tinggal di Madinah menempati rumah yang pernah ditinggali Khalifah pertama, yakni Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. (seorang Shiddiq yang paling agung yang tiada bandingannya, kecuali para Anbiya wal Mursalin).

Guru mursyid beliau diantaranya adalah Sayyidina Syekh Musthafa Bakri, seorang wali agung dari Syiria, keturunan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Ra. dari pihak ayah, sedangkan dari pihak ibu keturunan Sayyidina Husein Sibthi Rasulullah Saw.

Pangkat kewalian beliau adalah seorang Pamungkas para wali, yakni Ghauts Zaman, dan wali Quthb al-Akwan, yakni kewalian yang hanya bisa dicapai oleh para sadah yang dalam tiap periode 200 tahun sekali. Dan beliau adalah Khalifah Rasulullah pada zamannya.

Beliau banyak memiliki karomah yang tidak bisa dihitung jumlahnya, bahkan sampai saat inipun karamah itu terus ada. Karamah agung beliau adalah pangkat kewaliannya yang begitu agung. Beliau mendapat haq memberi syafaat 70.000 umat manusia masuk syurga tanpa hisab.

Diantara murid-murid beliau dari Indonesia yaitu:

1.      Quthb az-Zaman Syekh muhammad Arsyad al-Banjari

2.      Quthb al-Maktum Syekh Abul Abbas Ahmad at-Tijani (pendiri tarekat Tijani)

3.      Al-Quthb Syekh Abdussamad al-Palimbani

4.      Al-Quthb Syekh Abdul Wahab Bugis (menantu Syekh Arsyad al-Banjari)

5.      Al-Qutb Syekh Abdurrahman al-Batawi (kakek Mufti betawi dari pihak ibu Habib Utsman Betawi)

6.      Al-Quthb Syekh Dawud al-Fathani, dan lain-lain.

Dan diantara keagungan dan kemuliaan beliau yang amat banyak diantaranya adalah; semua murid beliau yang jumlahnya ribuan menempati maqam Quthb. Beliau menempati kemuliaan karena beliau berada pada jalan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah.

Demikian lah kesuksesan Syekh Samman dalam mendidik ruhani murid-muridnya sehingga mereka yang berjumlah ribuan menempati maqam Quthb, apatah lagi Rasulullah Saw. dengan para murid-muridnya yakni para sahabat, tentu maqam kewaliannya sangat agung, karena mereka mendapat keistimewaan menyertai kekasihNya (Muhammad Saw.), dan apa-apa yang menjadi Nubuwat Rasulullah Saw. dalam kitab-kitab terdahulu, maka pasti menceritakan dan memuji para Qudus agung yang menyertai kekasihNya, yakni para sahabat Rasulullah Saw.

Al-Quthb al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata: “Serendah-rendahnya martabat sahabat maka tidak akan bisa dicapai walau oleh 70 Imam Junaid al-Baghdadi”. Padahal Imam Junaid hidup pada zaman salaf dan menempati Sulthon al-Auliya pada zamannya.

Karena para sahabat ini adalah para wali agung, maka para ahli tasawwuf (Aswaja) sangat sopan dengan mereka, tidak menceritakan mereka kecuali kebaikan. Sehingga wajib hukumnya berprasangka baik dengan para Auliya. Lebih-lebih lagi para sahabat yang notabene adalah hasil didikan langsung Rasulullah Saw. yang menempati Shiddiq dalam kewalian.

Maka dari itu, ummat Islam Aswaja tidak akan membicarakan panjang lebar tentang pertikaian antar sahabat, baik itu antara Sayyidah Aisyah dengan Sayyidina Ali Kw, pada perang Jamal, maupun antara Sayyidina Ali Kw. pada satu pihak dengan Sayyidina Muawiyah Ra. pada pihak lain.

Kita kaum Aswaja tidak akan mengotori mulut kita dengan umpatan dan negatif thinking kepada mereka. Bahkan Khalifah Ali Kw. mengatakan seterunya saat itu bahwa antara beliau dengan Sayyidina Muawiyah adalah saudara seiman dan satu kalimat, hanya saja khilaf dalam penyelesaian pembunuhan Khalifah Utsman Ra. Bahkan beliau Kw. menyolatkan semua korban perang baik yang di pihak beliau maupun pihak Gubernur Damaskus saat itu.

Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Pendiri Tarekat Sammaniyah)

Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan sang tokoh pendirinya, yaitu Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Sammani al-Hasani ai-Madani al-Qadiri al-Quraisyi. Ia adalah seorang fakih, ahli hadits, dan sejarawan pada masanya. Dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 1132 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1718 Masehi. Keluarganya berasal dari suku Quraisy.

Semula, ia belajar Tarekat Khalwatiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah Swt. yang akhirnya disebut sebagai Tarekat Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Tarekat Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah.

Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan usianya dengan melakukan berbagai perjalanan. Beberapa negeri yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu diantaranya adalah Iran, Syam, Hijaz, dan Transoxiana (wilayah Asia Tengah saat ini). Diantara karya-karya tulis beliau adalah; Mujamu al-Masyayikh, Tazyil at-Tarikh Baghdad, dan Tarikh Marv.

Kemuliaan Syekh Muhammad Samman dikenal sebagai tokoh tarekat yang memiliki banyak karamah. Baik dari kitab Manaqib Syaikh al-Waliy asy-Syahir Muhammad Samman maupun Hikayat Syekh Muhammad Samman, keduanya mengungkapkan sosok Syekh Samman. Sebagaimana guru-guru besar tasawuf, Syekh Muhammad Samman terkenal akan kesalehan, kezuhudan, dan kekeramatannya. Konon, ia memiliki karamah yang sangat luar biasa.

“Ketika kaki diikat sewaktu di penjara, aku melihat Syekh Muhammad Samman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku dan pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus," kata Abdullah al-Basri. Padahal, kata seorang muridnya, ketika itu Syekh Samman berada di kediamannya sendiri.

Adapun perihal awal kegiatan Syekh Muhammad Samman dalam tarekat dan hakikat, menurut Kitab Manaqib, diperolehnya sejak bertemu dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Suatu ketika, Syekh Muhammad Samman berkhalwat (menyendiri) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu datanglah Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang membawakan pakaian jubah putih dan berkata: "Ini pakaian yang cocok untukmu." Ia kemudian memerintahkan Syekh Muhammad Samman agar melepas pakaiannya dan mengenakan  jubah putih yang dibawanya itu.

Konon, Syekh Muhammad Samman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah Saw. untuk menyebarkannya kepada penduduk Kota Madinah.

 

Wasiat Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Penjaga Makam Rasulullah Saw.)

 

Diantara wasiat yang diberikan Syekh Samman al-Madani adalah, berkata al-Imam al-Quthb al-Ghauts az-Zaman al-Waliy al-Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani:

·         "Tidaklah aku diangkat Allah Swt. menjadi al-Waly al-Quthb al-Ghauts dan Quthb al-Akwan melainkan aku selalu rutin membaca doa; Allahummaghfir li-ummati sayyidina  Muhammad. Allahummarham li-ummati sayyidinina Muhammad. Allahummastur li-ummati sayyidina Muhammad. Allahummajbur  li-ummati sayyidina Muhammad Saw. 4X berturut-turut setelah selesai sholat Shubuh sebelum berkata-kata urusan dunia  dan dia istiqamah membacanya maka ia menempati martabat fadhilah Quthub.”

Maksud beliau memberikan amalan ini ialah agar kita selalu bersatu sesama ummat islam dan sebagai ummatnya Rasulullah Saw. janganlah ada iri dengki dan buruk sangka terhadap sesama sekalipun seseorang itu kelihatannya hina. Jadi membaca doa ini setelah sholat Shubuh dengan niatan mudah-mudahan semua ummat Rasulullah Saw. diampuni Allah Swt. Atas segala dosa, dimudahkan Allah Swt. tuk mengamalkannya dan dengan harapan semoga hati kita dibersihkan dari segala penyakit hati seperti riya, ujub, takabbur, sombong, iri, dengki, hasud, berperasangka buruk dan sifat-sifat buruk lainnya.

·    “Barangsiapa mengambil thariqah kepadaku dan mengamalkannya niscaya pasti ia akan mendapatkan rasa majdzub di dalam dunia (diambil oleh Allah Swt. aqalnya yang Basyariyyah diganti dengan aqal yang bersifat Rabbaniyah) yakni diambil oleh Allah akan rasa punya wujud dan sifat dan af’al diganti dengan rasa ‘adam mahdhah adam semata” yakni tiada punya wujud, sifat dan af’al melainkan hanya Allah Swt. yang punya wujud hakiki, minimal di saat sakaratul maut.”

·    “Perkataan aku ini seperti perkataan Sayyidi Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Barangsiapa yang menyerukan aku “Ya Samman” 3 kali ketika mendapat kesusahan, niscaya aku akan datang menolongnya.”

Syekh Samman al-Madani meninggal dunia pada hari Rabu 2 Dzulhijjah tahun 1189 H, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’ bersandingan dengan maqam  para Istri Rasulullah. Para ualam mengatakan bahwa barangsiapa yang melazimkan membaca Manaqib Sayyidi Syekh Samman (Ratib Samman) berjamaah dengan orang banyak dan membaca al-Qur’an serta bertahlil kemudian bersedekah semampunya dan pahalanya dihadiahkan kepada Sayyidi Syekh Samman, niscaya ia akan dimudahkan rizqinya oleh Allah Swt.

Manaqib Al Habib Hamid bin 'Abbas Bahasyim ( Wali Majdzub ), Kalimantan



Beliau masyhur dikenal dengan julukan "Habib Basirih / Datuk Keramat Basirih". Begitulah orang kalimantan mengenal Beliau karena Beliau tinggal dan di makamkan di kampung Basirih (Banjarmasin-Kalimantan Selatan),Di mata orang Kalimantan Beliau adalah seorang Wali Quthub yang Waro' dan memiliki berbagai kelebihan/karomah yang luar biasa dan ajaib. Tanah makam beliau naik secara sendirinya membentuk sebuah tumpukkan gunungan kecil dan selalu tercium bau harum. Beliau memiliki sebuah kolam sumur tempat beliau mandi yang sampai sekarang masih terawat apik disekitar komplek makam beliau. Air kolam tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan memberikan banyak berkah lainnya.

(Wallahu'alam,, sungguh ALLAH SWT Maha Sempurna dengan menampakkan kekuasaannya kepada seorang Walinya).
Tak secara jelas kami mengetahui kapan beliau lahir dan sejak kapan Beliau menetap di Kalimantan dan kenapa Banjarmasin ibu kota Kalimantan Selatan jadi tempat singgah terakhir Beliau.

Nasab Al Habib Hamid:
Beliau seketurunan dengan Sunan Ampel (Surabaya).Yang mempertemukan keduanya adalah mereka sama-sama keturunan dari Waliyullah Muhammad Shohib Mirbath (keturunan generasi ke-16 dari Rosulullah SAW). Silsilah kedua Auliya ini bertemu di Alwi Ummul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath. Sunan Ampel dari jalur putra Alwi Ummul Faqih yang bernama Abdul Malik (yang hijrah dari Tarim, Hadramaut, Yaman ke India) sedang Habib Basirih dari jalur putra Alwi yang bernama Abdurrahman. Jika Sunan Ampel adalah keturunan ke-23 dari Rasulullah Muhammad SAW, maka Habib Basirih merupakan keturunan ke-36. Dari segi usia, Sunan Ampel lebih tua dan lebih sepuh dari Habib Basirih yang hidup di masa yang lebih muda. Habib Basirih hidup di zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Sunan Ampel hidup sekitar 400 tahun sebelum Habib Basirih

Satu versi menyebut Habib Awad masuk ke Banjar lewat Sampit, Kalteng. Keterangan anggota keluarga Bahasyim lainnya menyebut bahwa Habib Awad bermakam di Bima, Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu antara Bahasyim di Banjar dengan Bahasyim di Bima ada pertalian persaudaraan. Satu versi lain menyebutkan bahwa salah satu cucu Habib Awad bin Umar ada yang hijrah ke Bima dan kemudian menurunkan keluarga besar Bahasyim di Bima. Tapi sebagian besar anggota keluarga Bahasyim berpandangan bahwa Habib Awad adalah Bahasyim tertua (paling awal) yang datang ke Tanah Banjar (Lihat Mata Banua, 8 Agustus: Kisah Para Penebang Kayu Trah Bahasyim Basirih).
Selain dapat ditempuh lewat jalan darat (ada rute trayek angkutan kota/taksi kuning yang melintasi dan menuju Kubah Habib Basirih), peziarah juga dapat mengunjungi petilasan Basirih lewat jalur sungai. Belum ada biro perjalanan wisata yang menggarap rute alternatif via jalan sungai ini sebagai bagian dari paket wisatanya. Sebelum mencapai Kubah Habib Basirih, beberapa ratus meter sebelumnya terdapat pula makam ibu beliau yakni Syarifah Ra’anah. Makam Habib Basirih dan ibundanya masuk dalam daftar inventaris binaan Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin. Keduanya digolongkan sebagai objek wisata religius (spiritual) yang layak dikunjungi. Makam Habib Abbas bin Abdullah Bahasyim, suami Syarifah Ra’anah dan ayahanda Habib Basirih justru tak diketahui keberadaannya hingga kini.

Beberapa pihak menduga makam beliau berkumpul di pemakaman habaib di Basirih seberang sungai di dekat Masjid Jami Darut Taqwa Kelurahan Basirih, Banjar Selatan. Masjid ini menurut keterangan didirikan tahun 1822 oleh H Mayasin. Pada tahun 1848 keluarga Habib Basirih pernah merehab masjid ini.Versi lain mengatakan Habib Abbas bermakam di wilayah Sungai Baru. Habbis Abbas dikenal sebagai saudagar kaya raya dan mempunyai kapal dagang. Beliau juga disebut-sebut mempunyai tanah yang cukup luas di wilayah Basirih di samping di Sungai Baru (kini nama sebuah kelurahan di sekitar Jalan A Yani dan Jalan Pekapuran).

Nama Basirih bersinar tak lepas dari sosok Habib Hamid. Beliau pernah berkhalwat (mengurung diri dan melakukan sejumlah amalan) sekian tahun di dalam sebuah rumah (gubuk) kecil tak jauh dari makamnya sekarang. Pada zaman Jepang, Habib Hamid keluar dari pertapaannya. Sejumlah kelakuan aneh beliau belakangan dipahami sebagai pekerjaan kewalian beliau menyelamatkan orang lain. Suatu kali, misalnya, dengan menggunakan gayung, Habib Hamid memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain. Orang-orang menilai pekerjaan itu sebagai perbuatan tak bermakna. Padahal, itu adalah cara Habib Hamid menyelamatkan kapal penumpang yang nyaris karam di lautan luas. Sebab di belakang hari ada orang datang ke rumah beliau dan mengucapkan terima kasih atas pertolongan Habib Basirih waktu kapal mereka hampir karam di tengah laut.

Perbuatan Habib Hamid lainnya yang spektakuler adalah menghidupkan kambing mati. Suatu hari, seorang tetangga mengatakan kepada beliau bahwa di batang (rakitan kayu gelondongan di atas sungai yang dapat berfungsi untuk tempat mandi dsbnya) milik Habib Basirih terdapat bangkai kambing yang sudah membusuk. Bersama Habib Hamid, tetangga itu turun ke batang untuk membuktikan penglihatannya. Tetangga itu kaget ketika matanya menatap seekor kambing hidup terikat di batang Habib Hamid.Ulah Habib Hamid lainnya adalah beliau pernah duduk di atas tanggui (penutup kepala berbentuk bundar terbuat dari daun nipah) menyeberangi Sungai Basirih menengok keponakannya Habib Ahmad bin Hasan bin Alwi bin Idrus Bahasyim (Habib Batillantang).
“Waktu kecil saya pernah diberi gulungan benang layang-layang,” ujar Habib Abdul Kadir bin Ghasim bin Thaha Bahasyim, 86 tahun. Gulungan benang layang-layang itu kemudian dipahami oleh Habib Abdul Kadir sebagai perjalanan hidupnya yang sepanjang tali benang layang-layang. HabibAbdul Kadir bekerja di kapal dagang dan berlayar mengarungi berbagai penjuru wilayah pedalaman Kalimantan.Beberapa wanita tua di Basirih mengungkapkan pernah diajak orangtuanya berziarah ke Habib Basirih ketika beliau hidup untuk minta ‘berkah’. Beberapa orang tua meminta air kepada Habib Basirih dengan hajat agar anak-anak mereka pandai mengaji. Setalah diberi ‘air penenang’ anak-anak kecil mereka pun lancar membaca Kitab Suci AlQur’an.

Kisah lainnya, beberapa pria dari atas perahu melintas di depan batang Habib Basirih. Mereka mengolok-olok Habib Basirih ketika beliau sedang mandi di atas batang. Gerak-gerik Habib Basirih yang ganjil menyulut mereka mengeluarkan ucapan yang kurang pantas. Tiba-tiba, perahu mereka menabrak tebing sisi sungai dan kandas. Cerita lainnya, yang masyhur beredar di Basirih, seorang pedagang ikan berperahu menolak panggilan singgah Habib Hamid. Si pedagang berpikir tak mungkin Habib Basirih membayar dagangannya. Akibatnya, selama satu hari penuh tak satupun barang jualan pedagang ikan tersebut ada yang laku. Sementara pedagang lainnya yang menghampiri panggilan Habib Basirih, berkayuh menuju rumah lebih cepat sebab dagangannya hari itu tak bersisa.

Habib Hamid banyak mengungkapkan sesuatu dengan bahasa perlambang (isyarat). Hanya segelintir orang yang paham dengan perkataannya. Suatu hari datang seorang Jepang menemui Habib Basirih. Si Jepang kemudian berjanji setelah urusannya di Makasar selesai akan kembali membawa Habib Basirih ke rumah sakit jiwa. “Pesawat orang Jepang itu jatuh dalam perjalanan ke Makassar,” ujar Syarifah Khadijah binti Habib Hasan Bahasyim, 70 tahun, cucu Habib Basirih.“Selesai berkhalwat di sebuah rumah kecil, Habib Basirih naik ke rumah ini,” ujar Syarifah Khadijah. Kenang-kenangan fisik yang tersisa dari Habib Basirih yang bisa disaksikan adalah foto beliau bersama anak cucunya pada tahun 1949, beberapa waktu sebelum beliau berpulang ke rahmatullah. “Waktu ditawari difoto Habib Basirih cuma tersenyum, menolak tidak, mengiyakan tidak. Tukang fotonya namanya Beng Kiang,” tutur Syarifah Khodijah.

Seperti diketahui, Habib Hamid mempunyai 4 anak, 3 putri dan 1 putra. Saya tidak membicarakan ke 3 putri beliau, karena otomatis garis keturunan beliau terputus (maksudnya tidak menurunkan fam Bahasyim dari habib Hamid lagi kepada anak2 nya)

Dari 1 putra beliau yang bernama Habib Hasan Bahasyim mendapat 1 anak laki-laki bernama Habib 'Idrus Bahasyim dan beberapa anak perempuan (termasuk Syarifah Khodijah Bahasyim yang masih hidup)

Alm.Habib 'Idrus (satu-satunya cucu laki-laki habib Hamid) kemudian kawin 2 kali dengan anak anak sbb :

Dari Syarifah Raguan Baragbah (istri pertama) ;
1. Syarifah Fizria Maryam (Banjarbaru)
2. Habib Fitri Hamid (kubah Basirih)
3. Habib Fathurrachman Bahasyim (Banjarmasin)
4. Habib Fadil Bahasyim (Samarinda)

Dari Syarifah Hani Bilfagih (istri kedua)
1. Habib 'Ali Bahasyim (Jakarta)
2. Syarifah Zuraida Bahasyim (Banjarmasin)
3. Habib Fuad Bahasyim (Banjarmasin)

Jumlah pengunjung di Kubah Habib Basirih walau belum dapat dibandingkan dengan makam Sunan Ampel di Ampel, Surabaya tak mengurangi ketokohan beliau. Sunan Ampel adalah tokoh utama Wali Songo, sebuah dewan (forum) ulama kelas wahid di zaman Kesultanan Demak. Dari segi usia, Sunan Ampel lebih tua dan lebih sepuh dari Habib Basirih yang hidup di masa yang lebih muda. Habib Basirih hidup di zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Sunan Ampel hidup sekitar 400 tahun sebelum Habib Basirih. Yang mempertemukan keduanya adalah mereka sama-sama keturunan dari Waliyullah Muhammad Shahib Mirbath (keturunan generasi ke-16 dari Rasulullah Muhammad SAW). Silsilah kedua tokoh ini bertemu di Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath. Sunan Ampel dari jalur putra Alwi Umul Faqih yang bernama Abdul Malik (yang hijrah dari Tarim, Hadramaut, Yaman ke India) sedang Habib Basirih dari jalur putra Alwi yang bernama Abdurrahman. Jika Sunan Ampel adalah keturunan ke-23 dari Rasulullah Muhammad SAW, maka Habib Basirih merupakan keturunan ke-36.

NASAB HABIB BASIRIH adalah sebagai berikut: Hamid bin Abbas bin Abdullah bin Husin bin Awad bin Umar bin Ahmad bin Syekh bin Ahmad bin Abdullah bin Aqil bin Alwi bin Muhammad bin Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad AlFaqih bin Abdurrahman bin Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath.

Leluhur Bahasyim di Banjar adalah Habib Awad bin Umar. Habib Awad bin Umar adalah keturunan ke-32 dari Rasulullah Muhammad SAW. Tak ada keterangan jelas perihal asal usul dan di mana Habib Awad tinggal selama hidupnya. Apakah beliau kelahiran Hadramaut (Yaman) atau ada pendahulunya yang berdiam di salah satu daerah di negeri ini dan kemudian hijrah ke nusantara.
Satu versi menyebut Habib Awad masuk ke Banjar lewat Sampit, Kalteng. Keterangan anggota keluarga Bahasyim lainnya menyebut bahwa Habib Awad bermakam di Bima, Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu antara Bahasyim di Banjar dengan Bahasyim di Bima ada pertalian persaudaraan. Satu versi lain menyebutkan bahwa salah satu cucu Habib Awad bin Umar ada yang hijrah ke Bima dan kemudian menurunkan keluarga besar Bahasyim di Bima. Tapi sebagian besar anggota keluarga Bahasyim berpandangan bahwa Habib Awad adalah Bahasyim tertua (paling awal) yang datang ke Tanah Banjar (Lihat Mata Banua, 8 Agustus: Kisah Para Penebang Kayu Trah Bahasyim Basirih).
Selain dapat ditempuh lewat jalan darat (ada rute trayek angkutan kota/taksi kuning yang melintasi dan menuju Kubah Habib Basirih), peziarah juga dapat mengunjungi petilasan Basirih lewat jalur sungai. Belum ada biro perjalanan wisata yang menggarap rute alternatif via jalan sungai ini sebagai bagian dari paket wisatanya. Sebelum mencapai Kubah Habib Basirih, beberapa ratus meter sebelumnya terdapat pula makam ibu beliau yakni Syarifah Ra’anah. Makam Habib Basirih dan ibundanya masuk dalam daftar inventaris binaan Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin. Keduanya digolongkan sebagai objek wisata religius (spiritual) yang layak dikunjungi. Makam Habib Abbas bin Abdullah Bahasyim, suami Syarifah Ra’anah dan ayahanda Habib Basirih justru tak diketahui keberadaannya hingga kini.
Beberapa pihak menduga makam beliau berkumpul di pemakaman habaib di Basirih seberang sungai di dekat Masjid Jami Darut Taqwa Kelurahan Basirih, Banjar Selatan. Masjid ini menurut keterangan didirikan tahun 1822 oleh H Mayasin. Pada tahun 1848 keluarga Habib Basirih pernah merehab masjid ini.Versi lain mengatakan Habib Abbas bermakam di wilayah Sungai Baru. Habbis Abbas dikenal sebagai saudagar kaya raya dan mempunyai kapal dagang. Beliau juga disebut-sebut mempunyai tanah yang cukup luas di wilayah Basirih di samping di Sungai Baru (kini nama sebuah kelurahan di sekitar Jalan A Yani dan Jalan Pekapuran).
Nama Basirih bersinar tak lepas dari sosok Habib Hamid. Beliau pernah berkhalwat (mengurung diri dan melakukan sejumlah amalan) sekian tahun di dalam sebuah rumah (gubuk) kecil tak jauh dari makamnya sekarang. Pada zaman Jepang, Habib Hamid keluar dari pertapaannya. Sejumlah kelakuan aneh beliau belakangan dipahami sebagai pekerjaan kewalian beliau menyelamatkan orang lain. Suatu kali, misalnya, dengan menggunakan gayung, Habib Hamid memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain. Orang-orang menilai pekerjaan itu sebagai perbuatan tak bermakna. Padahal, itu adalah cara Habib Hamid menyelamatkan kapal penumpang yang nyaris karam di lautan luas. Sebab di belakang hari ada orang datang ke rumah beliau dan mengucapkan terima kasih atas pertolongan Habib Basirih waktu kapal mereka hampir karam di tengah laut.
Perbuatan Habib Hamid lainnya yang spektakuler adalah menghidupkan kambing mati. Suatu hari, seorang tetangga mengatakan kepada beliau bahwa di batang (rakitan kayu gelondongan di atas sungai yang dapat berfungsi untuk tempat mandi dsbnya) milik Habib Basirih terdapat bangkai kambing yang sudah membusuk. Bersama Habib Hamid, tetangga itu turun ke batang untuk membuktikan penglihatannya. Tetangga itu kaget ketika matanya menatap seekor kambing hidup terikat di batang Habib Hamid.Ulah Habib Hamid lainnya adalah beliau pernah duduk di atas tanggui (penutup kepala berbentuk bundar terbuat dari daun nipah) menyeberangi Sungai Basirih menengok keponakannya Habib Ahmad bin Hasan bin Alwi bin Idrus Bahasyim (Habib Batillantang).
“Waktu kecil saya pernah diberi gulungan benang layang-layang,” ujar Habib Abdul Kadir bin Ghasim bin Thaha Bahasyim, 86 tahun. Gulungan benang layang-layang itu kemudian dipahami oleh Habib Abdul Kadir sebagai perjalanan hidupnya yang sepanjang tali benang layang-layang. HabibAbdul Kadir bekerja di kapal dagang dan berlayar mengarungi berbagai penjuru wilayah pedalaman Kalimantan.Beberapa wanita tua di Basirih mengungkapkan pernah diajak orangtuanya berziarah ke Habib Basirih ketika beliau hidup untuk minta ‘berkah’. Beberapa orang tua meminta air kepada Habib Basirih dengan hajat agar anak-anak mereka pandai mengaji. Setalah diberi ‘air penenang’ anak-anak kecil mereka pun lancar membaca Kitab Suci AlQur’an.
Kisah lainnya, beberapa pria dari atas perahu melintas di depan batang Habib Basirih. Mereka mengolok-olok Habib Basirih ketika beliau sedang mandi di atas batang. Gerak-gerik Habib Basirih yang ganjil menyulut mereka mengeluarkan ucapan yang kurang pantas. Tiba-tiba, perahu mereka menabrak tebing sisi sungai dan kandas. Cerita lainnya, yang masyhur beredar di Basirih, seorang pedagang ikan berperahu menolak panggilan singgah Habib Hamid. Si pedagang berpikir tak mungkin Habib Basirih membayar dagangannya. Akibatnya, selama satu hari penuh tak satupun barang jualan pedagang ikan tersebut ada yang laku. Sementara pedagang lainnya yang menghampiri panggilan Habib Basirih, berkayuh menuju rumah lebih cepat sebab dagangannya hari itu tak bersisa.
Habib Hamid banyak mengungkapkan sesuatu dengan bahasa perlambang (isyarat). Hanya segelintir orang yang paham dengan perkataannya. Suatu hari datang seorang Jepang menemui Habib Basirih. Si Jepang kemudian berjanji setelah urusannya di Makasar selesai akan kembali membawa Habib Basirih ke rumah sakit jiwa. “Pesawat orang Jepang itu jatuh dalam perjalanan ke Makassar,” ujar Syarifah Khadijah binti Habib Hasan Bahasyim, 70 tahun, cucu Habib Basirih.“Selesai berkhalwat di sebuah rumah kecil, Habib Basirih naik ke rumah ini,” ujar Syarifah Khadijah. Kenang-kenangan fisik yang tersisa dari Habib Basirih yang bisa disaksikan adalah foto beliau bersama anak cucunya pada tahun 1949, beberapa waktu sebelum beliau berpulang ke rahmatullah. “Waktu ditawari difoto Habib Basirih cuma tersenyum, menolak tidak, mengiyakan tidak. Tukang fotonya namanya Beng Kiang,” tutur Syarifah Khadidjah.

Kisah Keistemewaan Guru​ Sekumpul

Telah bercerita Habib Ahmad al Ahdal kepada kami Beliau adalah seorang anak angkat Abah Guru Sekumpul yang telah diasuh dan dibesarkan oleh Abah Guru Sekumpul dengan kasih sayang dan dengan kelembutan pada waktu bayi hingga sekarang tumbuh menjadi orang yang gagah lagi tampan dan berwibawa,.Habib Ahmad al Ahdal berceritakan pengalaman Beliau pada waktu Beliau hidup serumah dengan Abah Guru Sekumpul, kata Habib ahmad saya disini tidak menceritakan cerita2 yang ajaib yang terjadi apada Abah Guru, !! Kerena para Waliyullah itu,pasti jauh daripada sifat ujub, sum’ah, takabbur, riya, syrik dan lain sebagainya. Dan para Waliyullah umumnya dan Abah Guru Sekumpul khususnya, Beliau tidak pernah merasa memiliki suatu karomah, kerna kemuliaan Dan kebesaran hanya milik Allah. Kecuali mreka dalam keadaan kepepet dan itu pun atas izin Allah swt juga, disebabkan Allah Swt sangat menyayangi mereka, maka dari itu Allah langsung yang menjaga mereka dan melindungi mereka. Yang mau saya ceritakan disini bukan masalah karamah seperti yang diatas tadi, akan tetapi ini adalah sesuatu yag melebihi daripada karamah2 tersebut, yg dinamakan istiqomah.Sehubungan dengan istiqomah yang diatas. Saya melihat Abah Guru mengajar dengan isiqomahnya, Sewaktu Beliau terbaring sakit dirumah, dan terbaring lemah dikasur Beliau masih tetap mngajar.Ada lagi, pada waktu tangan dan kaki Beliau bengkak, waktu itu ada rombongan Habib sekitar 20 orang lebih yang datang dan Beliaupun menjamu para tamu habaib tersebut seolah-olah Beliau tidak merasakan sakit sedikitpun ditangan dan kaki bliau pda wktu itu,namun setelah tamu pergi berlalu Beliau baru kesakitan, dan menundukkan wajah bliau serta memegangi tangan bliau dengan menybut nama Allaaah, Allaaah, Allaaaah..

Dan ada lagi waktu Abah Guru mau ke Majlis ada orang yg mau minta air untuk didoakan oleh Beliau, padahal Abah Guru sendiri tak mengenal siapa orang tersebut, dan diwaktu tengah malam seperti biasa Beliau bangun dan Beliau sampai menangis berdoa bahkan terisak2, smpai2 bliau jatuh sakit. Lalu esok harinya adik bliau, Hj Rahmah dn istri Beliau melarang orang2 untuk meminta air secara langsung kepada Beliau karena khawatir akan kesehatan Beliau. Kerna setiap ada orang yg mau minta air, pasti diberi oleh Beliau.
Namun malamnya Beliau selalu menangis ditengah malam yang sunyi untuk mendoakan si fulan/ fulanah yg minta air tadi siang tersebut. Bahkan ada juga yang sampai Beliau sakit karena mendoakan orang yang meminta air tadi. Padahal namanya saja Beliau tidak tahu.

Ada lagi pas sewaktu malam saya terkejut mendengar Beliau menangis-menangis dengan terisak-terisak berdoa, smpai2 wajah Beliau basah dengan airmata Beliau. Saya mendengar sedikit doa Beliau pada waktu itu.. Subhaanallaah!! Klo tidak salah khilaf seperti ini doa Abah Guru Sekumpul…

“ (Yaa Allaaah, ampunii dosaaa2 murid2 uluun, keluarga uluun, anak bini ulun, anak2 angkat uluun, jiran2 uluun, dan semua ummat muslimin wa muslimat dimana pun mereka berada namun hati mreka mncintai ulun dan kluarga ulun…
Yaa Allaah, ampuni jua dosa-dosa orang-orang yang tidak menyukai ulun, orang memusuhi ulun, orang yang menyakiti hati ulun.. Ampuni jua dosa2 mreka smua, dan sampaikan kepada kkasih Engkau ya’ni baginda Nabi Muhammad (Saw) untuk memberi syafaat nya terhadap mereka semua, kerna biarpun mereka membenci ulun, akan tetapi ulun ridho dengan mereka. 

Jadi ulun berharap semua yang ulun sebutkan tadi, terutama diri ulun ini. Matikan dalam keadaan husnul khotimah ya Allah, dan ulun mohon masukkan kami semua didalam sorga firdaus Engkau bighairi hisaaab, dan terhadap orang yang membenci dengan diri ulun, ini tolong turunkan/ berikan rahmat Engkau terhadap mreka, biar mreka bisa juga mrasakan keni’matan sorga Engkau, dan biarkan ulun bersahabat dengan mereka di syurga nanti. Karena ulun ridhooo terhadap mereka)”

Doa ini masih panjng padahal, yang ini saja sudah membuat hati saya bersangatan malu,setiap berhadapan dengan Abah Guru.Maka saya melihat langsung bagaimana kondisi abah pada waktu brdoa itu,
Waktu itu abah dalam keadaan sakit keras, yang pada saat itu yang membuat saya terharu menitikkan airmata pada wktu itu, Beliau sama Sekali tidak berdoa untuk kesembuhan diri Beliau, sama sekali Beliau tidak menghiraukan penyakit Beliau dan berdoa untuk kesembuhan Beliau, hanya mendoakan anak muridnya selamat dunia akirat. Ridho dan ikhlas serta kecintaan yang tulus kepada anak muridnya dan orang2 islam itulah yang mendasari Abah Guru mendoakan seperti itu .

Kata Habib Ahmad al Ahdal anak angkat yang dibesarkan oleh Abah Guru Sekumpul
saya berani menjadi saksi di yaumil Akhir nanti tentang kejadian yang penah saya lihat dan saya alami ini. Menutup cerita Beliau tentang sifat dan keistiqomahan Abah Guru Sekumpul.

Friday 9 September 2016

Kesaksian Guru Bakrie Atas Karomah Abah Guru Sekumpul




Kesaksian Guru Bakrie Atas Karomah Abah Guru Sekumpul- Berkata Allahyarham Guru Bakrie.
Pernah dulu ada fitnah terhadap Syaikhona Abah guru sekumpul waktu itu pernah satu kali Abah Guru tidak sholat jum'at lalu di katakan wali apa itu sampai tidak sholat jum'at.
Hingga Aku kata Guru Bakrie bertemu dengan Abah guru dan Abah guru berkata, Aku sudah siap-siap di kamar mau berangkat ke Mesjid untuk sholat jum'at dan tiba-tiba Aku lihat al qur'an itu bediri tepat di depan pintu kamar.
Aku tidak mungkin melangkahi Al qur'an itu sehingga aku duduk menunggu Al quran itu tidak berdiri lagi di depan pintu kamar, tapi Al qur'an itu tetap berdiri sampai berakhirnya sholat jum'at baru Al quran itu menyingkir dari pintu.
Dan aku tidak tahu ada apa di balik itu semua, tapi Aku hanya tidak mungkin melangkahi Al quran sehingga aku tidak sholat jum'at dan aku pun di fitnah macam-macam tapi aku hanya diam kada melawani karena mereka tidak tahu kenapa Aku tidak sholat jum'at. (Allahyarham Guru Bakrie berkata, cap munafik apabila aku berdusta akan hal ini).
Berkata Allayrham Guru Bakrie Gambut.
Waktu itu ada haji Akbar dimana wukuf arafah bertepatan hari jum'at dan waktu itu di Mekah dan arafah turun hujan, karena tidak biasa Mekah turun hujan.
Aku membawa rombongan utk haji akbar itu kata Allahyarham Guru Bakrie.
Saat tawaf dan juga saat di padang Arafah aku melihat Syaikhona Abah guru dengan berpakaian ihram, dan yang lihat beliau bukan aku saja tapi hampir seluruh jemaah yang aku bawa melihat Syaikhona Abah guru sekumpul sampai aku berkesimpulan Abah Guru berangkat menunaikan ibadah haji karena saat itu ibadah haji akbar.
Pada hari ahad sore aku telpon kawan ku yang berada di banjar, apakah Majelis Sekumpul jalan atau istirahat, karena aku pikir Abah guru menunaikan ibadah haji. Tapi aku kaget karena kawan ku bilang majelis sekumpul tetap jalan seperti biasa. Dan kami semua jemaah heran karena kami yakin betul Abah Guru sekumpul terlihat di beberapa tempat walau saat di dekati Abah guru menghilang.
Sampai akhirnya aku pulang ke benua lagi. Dan masih penasaran dengan hal itu, lalu selesai majelis kamis sore di sekumpul aku mendatangi ibu Rahmah adik dari Abah Guru sekumpul untuk bertanya apakah Abah guru berangkat haji tahun ini.
Ibu Rahmah berkata bahwa Abah guru tidak berangkat kemana-mana tapi memang ada hal yang aneh kata Ibu Rahmah..
Waktu itu aku lewat kamar Abah guru karena waktu itu pintu kamar sedikit terbuka dan tanpa sengaja Aku lihat Abah guru memakai pakaian ihram dan pakaian ihram itu terlihat basah seperti kena hujan. Mendengar penjelasan itu aku pun yakin kata Guru Bakrie bahwa yang aku lihat itu betul-betul Abah Guru sekumpul karena saat itu mekah dan arafah di guyur hujan..
Berkata Allahyarham Guru Bakrie.
Waktu itu aku bertamu kerumah Abah Guru Sekumpul. Dan aku lihat di depan ada org tua yang duduk menunggu untuk bertemu Abah Guru
Karena belum dapat ijin dari petugas, orang tua itu menunggu di depan pintu rumah Abah guru sekumpul.
Aku pun masuk bertemu Abah guru, wkt kami berbincang-bincang Abah guru berkata...
"Bakrie kita betangguhan yo (main tebakan).
Coba ikam tangguhi (coba tebak), siapa nama org yang menunggu di depan tu nah beserta bin nya, lalu darimana asalnya dan mau apa dia kesini."
Lalu Guru Bakrie berkata :
"Kada tahu ulun abah, ulun hanyar hari ini aja betamu lawan urang itu (tidak tahu abah, saya baru pertama kali ketemu dengan orang itu).
Lalu Abah guru tertawa sambil baucap :
"Namanya tu Bakrie ae fulan bin si fulan, alamat nya di jalan ini, urg barabai. Kesini hendak minta banyu soalnya ada keluarganya yang sakit keras."
Lalu Aku kata Guru Bakrie menemui orang itu dan bertanya siapa nama dengan binnya, alamat rumahnya dan hajatnya kesini, dan memang benar sekali, apa yang di ucapkan Abah guru itu tepat semua, padahal Abah guru sekumpul baru pertama kali bertemu, itu karena Abah guru kasyaf dan tahu apa yang ada di dalam hati orang itu.
Pernah juga ada seorang Habaib yang bertamu Abah guru dan pakaiannya seperti pakaian orang yang mau kondangan pakai baju hem, dan celana panjang sambil baucap :
"Aku ne habaib guru"
Abah Guru berkata :
"Kada usah baucap kaya itu, aku tahu ja orang itu habaib atau kada kata Abah guru."
Maka Habaib itu pun diam karena merasa malu kurang adab dengan Abah guru.
Dan Allahyarham Al allimul al alamah Guru Bakrie Gambut berkata :
"Munafik bila aku berdusta, aku bertemu dengan Abah Guru dan Abah guru bekata :
"Aku Bakrie kemarian sabtu pengajian ibu-ibu hendak mehimungi (menyenangkan) para ibu-ibu di majelis sabtu sekumpul, jadi Aku hendak belucu-lucu. Aku pakai jas, pakai kopiah hitam dan pakai kacamata hitam sehingga ibu ibu tertawa melihat aku. Tapi tidak berapa lama, aku melihat Rasulallah hadir dan datang kepadaku sambil memeluk dan mencium ku, aku kaget dan menangis terisak-isak di tengah Majelis ibu ibu, karena aku merasa tidak pantas di peluk dan di cium Rasulallah. Yang niat nya Aku hendak belucu-lucu menjadi betangisan di majelis, karena hadirnya Rasulallah.
Allahyarham Guru Bakrie berkata :
"Aku di ijini menceritakan hal ini oleh Abah guru apabila Abah guru sudah tidak ada lagi, karena akan menjadi fitnah bagi Abah Guru sekumpul, dan aku Munafik apabila cerita ku ini dusta belaka.
Syaikhona Abah Guru sekumpul berkata :
"Sekiranya kalian di buka kan hijab ini maka kalian akan lebih banyak menangis daripada tertawa, dan lebih banyak bergadang sedikit tidur karena yang kalian lihat akan membuat kalian lebih banyak menangis dan sedikit tidur.
Subhanallah..!

Thursday 5 December 2013

Biografi Syeikh Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani Al-Makki

Beliau adalah seorang besar yang sangat harum namanya bahkan sangan dihormati di Makkah. Beliau merupakan keturunan Rasulullah SAW, penghulu Ahlil Bait, Imam Hadis di zaman nya, pemimpin keempat-empat mazhab, ketua rohani yang paling berkaliber, pendakwah ke jalan Allah, seorang yang tidak goyah dengan pegangannya di dunia ilmiah Islam turath.
Biografi Syeikh Muhammad Alawi Al-Maliki

Keluarga Syeikh Muhammad bin Alawi Al-Maliki

Keturunan Sayyid merupakan keturunan mulia yang bersambung secara langsung dengan Junjungan kita Muhammad SAW. Beliau merupakan waris keluarga Al-Maliki Al-Hasani di Makkah yang masyhur, dan merupakan keturunan SAW, melalui cucu Baginda, Imam Al-Hasan bin Ali, Radhiyallahu ‘Anhum. Keluarga Maliki merupakan salah satu keluarga yang paling dihormati di Makkah dan telah melahirkan alim ulama besar di Makkah yang telah mengajar di Makkah dalam tempo yang lama.

Lima orang dari keturunan Sayyid Muhammad, telah menjadi Imam Mazhab Maliki di Haram Makkah. Datuk beliau, Al-Sayyid Abbas Al-Maliki, merupakan Mufti dan Qadhi Makkah dan khatib di Masjidil Haram. Beliau memegang jawatan ini ketika pemerintahan Usmaniah serta Hashimiah, dan seterusnya terus memegang jawatan tersebut setelah Kerajaan Saudi diasaskan. Raja Abdul Aziz bin Sa’ud sangat menghormati beliau. Riwayat lanjut beliau boleh dirujuk pada kitab Nur An-Nibras fi Asanid Al-Jadd As-Sayyid Abbas oleh cucunya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki.

Bapak beliau (sayed Alawi Al-Maliki) merupakan salah seorang ulama Makkah yang sangat unggul di abad yang lalu. Beliau telah mengajar berbagai ilmu Islam turath di Masjidil Haram selama hampir 40 tahun. Ratusan murid dari seluruh penjuru dunia telah mengambil manfaat daripada beliau dari pengajaran beliau di Masjidil Haram, dan banyak di kalangan mereka telah memegang posisi penting agama di negara masing-masing.
Biografi Syeikh Muhammad Alawi Al-Maliki
Raja Faisal tidak akan membuat apa-apa keputusan berkaitan Makkah melainkan setelah meminta nasihat daripada As-Sayyid Alawi. Beliau telah meninggal dunia pada tahun 1971 dan upacara pemakamannya merupakan upacara yang terbesar di Makkah sejak seratus tahun. Dalam masa 3 hari daripada wafat beliau, Radio Saudi tempatan hanya menyiarkan bacaan Al-Quran, sesuatu yang tidak pernah dilakukan kecuali hanya untuk beliau.

Informasi selanjutnya tentang As-Sayyid Muhammad bin Alawi boleh dilihat pada biografinya yang berjudul Safahat Musyriqah min Hayat Al-Imam As-Sayyid As-Syarif Alawi bin Abbas Al-Maliki oleh anaknya, yang juga merupakan adik kepada As-Sayyid Muhammad, As-Sayyid Abbas Al-Maliki, juga seorang ulama tetapi lebih dikenali dengan suara merdunya dan pembaca Qasidah yang paling utama di Arab Saudi. Biografi ini mengandung tulisan mengenai As-Sayyid Alawi dari ulama seluruh dunia Islam.

Keluarga Maliki juga telah banyak melahirkan ulama-ulama yang lainnya, tetapi penulis hanya menyebut bapa dan datuk kepada As-Sayyid Muhammad. Untuk maklumat lanjut, rujuk tulisan-tulisan berkaitan sejarah Makkah dan ulamaknya di abad-abad mutakhir.

Kelahiran dan Pendidikan Awal Syeikh Muhammad Alawi

As-Sayyid Muhammad Al-Hasani bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz, dilahirkan pada tahun 1946, di kota suci Makkah, dalam keluarga Al-Maliki Al-Hasani yang terkenal, keluarga Sayyid yang melahirkan ulamak tradisi. Beliau amat beruntung kerana memiliki bapa seperti As-Sayyid Alawi, seorang ulamak paling berilmu di Makkah. Bapa beliau merupakan guru pertama dan utama beliau, mengajar beliau secara peribadi di rumah dan juga di Masjidil Haram, di mana beliau menghafal Al-Quran sejak kecil. Beliau belajar dengan bapa beliau dan diizinkan untuk mengajar setiap kitab yang diajarkan oleh bapa beliau kepada beliau.

Pendidikan Lanjut Syeikh Muhammad Alawi

Dengan arahan bapaknya, beliau juga turut mempelajari dan mendalami berbagai ilmu turath Islam, seperti: Aqidah, Tafsir, Hadith, Feqh, Usul, Mustalah, Nahw dan lain-lain, di tangan ulama-ulama besar lain di Makkah serta Madinah. Kesemua mereka telah memberikan ijazah penuh kepada beliau untuk mengajar ilmu-ilmu ini kepada orang lain. Ketika berumur 15 tahun lagi, As-Sayyid Muhammad telah mengajar kitab-kitab Hadith dan Fiqh di Masjidil Haram, kepada pelajar-pelajar lain, dengan arahan guru-gurunya. Setelah mempelajari ilmu turath di tanah kelahirannya Makkah, beliau dihantar oleh bapakanya untuk menuntut di Universitas Al-Azhar As-Syarif.

Beliau menerima ijazah PhD daripada Al-Azhar ketika berusia 25 tahun, menjadikan beliau warga Arab Saudi yang pertama dan termuda menerima ijazah PhD dari Al-Azhar. Tesis beliau berkenaan Hadith telah dianggap cemerlang dan menerima pujian yang tinggi dari alim ulama unggul di Al-Azhar ketika itu, seperti Imam Abu Zahrah.

Perjalanan Sayed Alawi Mencari Ilmu

Perjalanan menuntut ilmu merupakan jalan kebanyakan ulama. As-Sayid Muhammad turut tidak ketinggalan. Beliau bermusafir sejak usia muda untuk menuntut ilmu dari mereka yang memiliki ilmu. Beliau telah bermusafir dengan banyak ke Afrika Utara, Mesir, Syria, Turki, dan rantau Indo-Pak untuk belajar dari alim-ulama yang hebat, bertemu para Wali Allah, menziarahi masjid-masjid dan maqam-maqam, serta mengumpul manuskrip-manuskrip dan kitab. Di setiap tempat ini, beliau menemui para ulama dan aulia yang agung, dan mengambil faedah daripada mereka. Mereka juga turut tertarik dengan pelajar muda dari Makkah ini dan memberi perhatian istimewa untuk beliau. Kebanyakan mereka sangat menghormati bapak beliau yang alim, dan merupakan satu kebanggaan memiliki anak beliau sebagai murid.
Biografi Syeikh Muhammad Alawi Al-Maliki

Ijazah-ijazah Sayed Alawi

Sistem pengajian tradisi atau turath berasaskan kepada ijazah atau "keizinan untuk menyampaikan ilmu". Bukan semua orang boleh mengajar. Hanya mereka yang memiliki ijazah yang diktiraf dari alim-ulama yang terkenal saja yang boleh mengajar. Setiap cabang pengetahuan dan setiap kitab Hadith, Fiqh, Tafsir dan lain-lain, mempunyai Sanad-sanad, atau rantaian riwayat yang bersambung sehingga kepada penyusun kitab tersebut sendiri melalui anak-anak muridnya dan seterusnya anak-anak murid mereka. Banyak sanad-sanad yang penting, seperti sanad Al-Qur’an, Hadith dan Tasawwuf, bersambung sehingga kepada Rasulullah SAW.

Sayyid Muhammad Alawi mendapat penghormatan dengan menjadi syeikh dengan bilangan ijazah terbanyak dalam waktunya. Beliau juga memiliki rantaian sanad terpendek atau terdekat dengan datuknya, Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam. Di Tanah Arab, tanah kelahirannya, dan dalam permusafiran ilmunya, Sayyid Muhammad mendapat lebih dari 200 ijazah dari alim-ulama teragung di zamannya, di setiap cabang ilmu Islam. Ijazah beliau sendiri yang beliau berikan kepada murid-muridnya adalah antara yang berharga dan jarang di dunia, menghubungkan anak-anak muridnya dengan sejumlah besar para ulama agung. 

Para Masyaikh yang memberikan beliau ijazah-ijazah mereka merupakan ulama besar dari seluruh dunia Islam. diantaranya:

Guru-guru Syaikh sayed Muhammad Alawi alMaliki

Dari Makkah:

  1. Bapa beliau yang alim dan guru beliau yang pertama, As-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki
  2. Shaykh Muhammad Yahya Aman al-Makki
  3. Shaykh al-Sayyid Muhammad al-Arabi al-Tabbani
  4. Shaykh Hasan Sa‘id al-Yamani
  5. Shaykh Hasan bin Muhammad al-Mashshat
  6. Shaykh Muhammad Nur Sayf
  7. Shaykh Muhammad Yasin al-Fadani
  8. Al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi
  9. Al-Sayyid Ishaq bin Hashim ‘Azuz
  10. Habib Hasan bin Muhammad Fad‘aq
  11. Habib Abd-al-Qadir bin ‘Aydarus al-Bar
  12. Shaykh Khalil Abd-al-Qadir Taybah
  13. Shaykh Abd-Allah al-Lahji

Dari Madinah:

  1. Shaykh Hasan al-Sha‘ir, Shaykh al-Qurra of Madinah
  2. Shaykh Diya-al-Din Ahmad al-Qadiri
  3. As-Sayyid Ahmad Yasin al-Khiyari
  4. Shaykh Muhammad al-Mustafa al-Alawi al-Shinqiti
  5. Shaykh Ibrahim al-Khatani al-Bukhari
  6. Shaykh Abd-al-Ghafur al-Abbasi al-Naqshbandi

Dari Hadramawt dan Yaman:

  1. Al-Habib Umar bin Ahmad bin Sumayt, Imam Besar Hadramawt
  2. Shaykh As-Sayyid Muhammad Zabarah, Mufti Yaman
  3. Shaykh As-Sayyid Ibrahim bin Aqeel al-Ba-Alawi, Mufti Ta‘iz
  4. Al-Imam al-Sayyid Ali bin Abd-al-Rahman al-Habshi
  5. Al-Habib Alawi ibn Abd-Allah bin Shihab
  6. As-Sayyid Hasan bin Abd-al-Bari al-Ahdal
  7. Shaykh Fadhl bin Muhammad Ba-Fadhal
  8. Al-Habib Abd-Allah bin Alawi al-Attas
  9. Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafeez
  10. Al-Habib Ahmad Mashhur al-Haddad
  11. Al-Habib Abd-al-Qadir al-Saqqaf

Dari Syria:

  1. Shaykh Abu-al-Yasar ibn Abidin, Mufti Syria
  2. Shaykh As-Sayyid al-Sharif Muhammad al-Makki al-Kattani, Mufti Maliki
  3. Shaykh Muhammad As‘ad al-Abaji, Mufti Shafi‘i
  4. Shaykh As-Sayyid Muhammad Salih al-Farfur
  5. Shaykh Hasan Habannakah al-Maydani
  6. Shaykh Abd-al-Aziz ‘Uyun al-Sud al-Himsi
  7. Shaykh Muhammad Sa‘id al-Idlabi al-Rifa‘i

Dari Mesir:

  1. Shaykh As-Sayyid Muhammad al-Hafiz al-Tijani, Imam Hadith di Mesir
  2. Shaykh Hasanayn Muhammad Makhluf, Mufti Mesir
  3. Shaykh Salih al-Ja‘fari, Imam Masjid Al-Azhar
  4. Shaykh Amin Mahmud Khattab al-Subki
  5. Shaykh Muhammad al-‘Aquri
  6. Shaykh Hasan al-‘Adawi
  7. Shaykh As-Sayyid Muhammad Abu-al-‘Uyun al-Khalwati
  8. Shaykh Dr. Abd-al-Halim Mahmud, Syeihkul Azhar

Dari Afrika Utara (Maghribi, Algeria, Libya dan Tunisia):

  1. Shaykh As-Sayyid As-Sharif Abd-al-Kabir al-Saqali al-Mahi
  2. Shaykh As-Sayyid Abd-Allah bin Al-Siddiq Al-Ghimari, Imam Hadith
  3. Shaykh As-Sayyid Abd-al-Aziz bin Al-Siddiq al-Ghimari
  4. As-Sharif Idris al-Sanusi, Raja Libya
  5. Shaykh Muhammad At-Tahir ibn ‘Ashur, Imam Zaytunah, Tunis
  6. Shaykh al-Tayyib Al-Muhaji al-Jaza’iri
  7. Shaykh Al-Faruqi Al-Rahhali Al-Marrakashi
  8. Shaykh As-Sayyid As-Sharif Muhammad al-Muntasir al-Kattani

Dari Sudan:

  1. Shaykh Yusuf Hamad An-Nil
  2. Shaykh Muddassir Ibrahim
  3. Shaykh Ibrahim Abu-an-Nur
  4. Shaykh At-Tayyib Abu-Qinayah

Dari Rantau Indo-Pak:

  1. Shaykh Abu-al-Wafa al-Afghani Al-Hanafi
  2. Shaykh Abd-al-Mu‘id Khan Hyderabadi
  3. Al-Imam Al’Arif Billah Mustafa Rida Khan al-Barelawi, Mufti India
  4. Mufti Muhammad Shafi’ Al-Deobandi, Mufti Pakistan
  5. Mawlana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, Imam Hadith
  6. Mawlana Zafar Ahmad Thanawi
  7. Shaykh Al-Muhaddith Habib-al-Rahman Al-‘Azami
  8. Sayyid Abu-al-Hasan Ali An-Nadawi

Karya-Karya Sayed Muhammad Alawi al-maliki

Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, social serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam di seluruh dunia.

Aqidah:

  1. Mafahim Yajib an Tusahhah
  2. Manhaj As-salaf fi Fahm An-Nusus
  3. At-Tahzir min at-Takfir
  4. Huwa Allah
  5. Qul Hazihi Sabeeli
  6. Sharh ‘Aqidat al-‘Awam

Tafsir:

  1. Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
  2. Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la
  3. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran
  4. Hawl Khasa’is al-Quran

Hadith:

  1. Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif
  2. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith
  3. Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi
  4. Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik

Sirah:

  1. Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insan al-Kamil
  2. Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah
  3. ‘Urf al-Ta’rif bi al-Mawlid al-Sharif
  4. Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah
  5. Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah
  6. Zikriyat wa Munasabat
  7. Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra

Usul:

  1. Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh
  2. Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh
  3. Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah

Fiqh:

  1. Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha
  2. Labbayk Allahumma Labbayk
  3. Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn al-Shar‘iyyah wa al-Bid‘iyyah
  4. Shifa’ al-Fu’ad bi Ziyarat Khayr al-‘Ibad
  5. Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid al-Nabawi al-Sharif
  6. Al-Madh al-Nabawi bayn al-Ghuluww wa al-Ijhaf

Tasawuf:

  1. Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat al-Sadah al-Akhyar
  2. Abwab al-Faraj
  3. Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
  4. Al-Husun al-Mani‘ah
  5. Mukhtasar Shawariq al-Anwar

Lain-lain:

  1. Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah Makkah)
  2. Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyyah (Kajian Berkaitan Orientalis)
  3. Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Sukan dalam Islam)
  4. Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‘wah ila Allah (Teknik Dawah)
  5. Ma La ‘Aynun Ra’at (Butiran Syurga)
  6. Nizam al-Usrah fi al-Islam (Peraturan Keluarga Islam)
  7. Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa al-Tajribah (Muslimun, Antara Realiti dan Pengalaman)
  8. Kashf al-Ghumma (Ganjaran Membantu Muslimin)
  9. Al-Dawah al-Islahiyyah (Dakwah Pembaharuan)
  10. Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad (Koleksi Ucapan)
  11. Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Kemulian Ummah Islamiyyah)
  12. Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Metodologi Pendidikan Nabawi)
  13. Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas (Kumpulan Ijazah Datuk beliau, As-Sayyid Abbas)
  14. Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Kumpulan Ijazah Bapa beliau, As-Sayyid Alawi)
  15. Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)
  16. Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)

Daftar di atas merupakan antara kitab As-Sayyid Muhammad Alawi yang telah dihasilkan dan diterbitkan. Terdapat banyak lagi kitab yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak.  Kita juga tidak menyebutkan banyak penghasilan turath yang telah dikaji, dan diterbitkan buat pertama kali, dengan nota kaki dan komentar dari As-Sayyid Muhammad. Secara keseluruhannya, sumbangan As-Sayyid Muhammad amat agung.